Lokasi Peternakan

Lokasi untuk suatu peternakan kini menjadi serius semenjak terjadinya perebutan areal untuk berbagai kepentingan. Bila dahulu lokasi peternakan berlokasi di tepi kota-kota besar, kini beralih ke daerah-daerah pinggiran karena daerah kota-kota besar sudah sangat sarat dengan perumahan dan industri berbagai macam barang. Untuk itu, berikut beberapa poin yang bisa dijadikan sebagai penuntun praktis dalam menentukan lokasi peternakan.

Lokasi peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi. Selain disukai oleh ayam, lokasi dengan kondisi demikian juga tidak akan mengganggu pemukiman penduduk. Untuk itulah, di beberapa daerah sudah ada pengaturan (Perda) mengenai hal ini agar tidak terjadi konflik di kemudian hari. Hal ini karena seperti kebanyakan jenis unggas lainnya (puyuh petelur, bebek komersial, atau itik), ayam ras juga menghendaki suasana yang tenang agar tidak mudah terkejut dan stres.

Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. Syarat ini memang tidak terlalu utama jika transportasi yang digunakan sudah optimal. Perlu diketahui bahwa ayam broiler yang masih muda sangat peka/tidak tahan terhadap beban transportasi yang berat.

Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran. Hal ini dipastikan setelah calon lokasi dicocokkan dengan rencana pemda atau bapeda setempat.

Apabila lokasi telah ditentukan, kegiatan bisa dilanjutkan dengan persiapan pembangunan kandang. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah mengenai status tanah tersebut. Apabila tanah itu milik sendiri tentu tidak menjadi persoalan. Namun, bila yang digunakan adalah tanah sewa, peternak harus mengaitkan lama sewa tempat dengan lamanya modal itu kembali. Lain lagi bila peternak melakukan sistem kerja sama (seorang memiliki tanah dan sudah ada kandangnya). Lama modal kembali dihitung dari jumlah produksi pertahun. Perhitungan tersebut tentunya tidak hanya terbatas pada biaya produksi saja, tetapi biaya keseluruhan dari peternakan tersebut (termasuk sewa tanah tadi). Dari sinilah, lamanya modal kembali dapat dihitung, begitu pula masa sewanya.